Rabu, 26 Agustus 2015

Motif Wahyu Temurun

Batik tulis motif Wahyu Tumurun termasuk salah satu motif klasik-tradisional. Batik motif Wahyu temurun ini dpat dijumpai di sentra batik Giriloyo atau di Mutiara batik yang terletak di dusun Cengkehan, Wukirsari, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. Pola-polanya melambangkan kehidupan yang bersemi nan indah. Bunga-bungaan atau tumbuh-tumbuhan, kerap dijadikan motif pengisi (dalam Bahasa Jawa disebut denganttp://pusatgrosirsolo.com/artikel-batik/isen-pelengkap-batik-yang-membuat-cantik.
Pola-pola itu dijadikan isian pada motif utama yaitu mahkota terbang. Pola mahkota sendiri merupakan point of view dari batik Wahyu Tumurun. Pola ini terlihat menonjol. Sama seperti namanya, pola ini berbentuk mahkota, dengan desain tambahan berupa ayam atau burung yang berhadap-hadapan. Kandungan filosofis dari mahkota terbang sangat tinggi. Sama seperti yang disampaikan Susanto, pola batik ini intinya mengajak para pemakainya untuk lebih berharap pada Tuhan, walaupun apa yang kita harapkan adalah hal-hal yang bersifat keduniawian seperti meraih kedudukan yang tinggi, ataupun pangkat. 
Namun tak ada salahnya jika kita b
erharap kepada Tuhan. Jika itu berhasil, maka Tuhan tak segan untuk memberi kita petunjuk, karunia, ataupun rahmat-Nya melalui sesuatu kebenaran yang terbaik untuk kita.
Batik Wahyu Tumurun sendiri sudah dikenal sejak 14 abad yang lalu, dimulai dari Yogyakarta. Sejak saat itu, persebaran batik ini mulai meluas. Seiring meluasnya perkembangan batik tersebut, motif yang ada disesuaikan dengan kondisi budaya masing-masing daerah. Contohnya seperti di Solo. Ketika di Yogyakarta, motif bercorak burung merak, lain halnya di Solo. Ketika Wahyu Tumurun masuk, Solo sedang mengalami persilangan budaya antara Jawa dengan Cina. Sehingga motif burung merak diganti dengan motif burung Phoenix.  Di kebudayaan Cina, Phoenix lebih dikenal dengan nama Fenghuang. Makhluk mitologi itu merupakan simbol dari kebajikan, kekuasaan, dan kemakmuran. Serta merupakan penggabungan antara konsep Yang (positif) dan Yang (negatif).Karena kandungan filosofisnya yang begitu tinggi, adalah tepat ketika Solo Batik Carnival menjadikannya maskot. Selain mengajak masyarakat mengingat kembali seni budaya yang di dalamnya terkandung hakikat hidup, dari situ pula kita juga diajak untuk nguri-urikabudayan jawa agar tetap lestari sebagai bukti kepada anak cucu kita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar